Sunday, May 3, 2015

Bulan Sabit Kemarin malam





Barangkali aku harus berhenti mencoba menafsirkan baris yang kau bangun
Tanpa suara, hanya keramahtamahan yang kau biaskan di setiap kata
Malam semakin berdenting dengan sunyi, mengapa tak jua kau rasa?
Ada rasa yang berbeda padanya. Tentangku, tentang ketakutannya

Bukankah engkau telah menerima isyarat
Lewat diam dan ragu milikku
Apakah engkau terlalu takut
Jika ternyata, tangan yang kau tuntun sejak dirimu belia
Berubah menjadi bayang yang kerap kau sangkal adanya?

Bukan aku ingin melepas kedua sayapmu
yang berhias mimpi-mimpi megah
Kerinduan yang bahkan terlalu suci
Untuk hadir dalam anganku

Namun terjagalah, dari lelah pengabdianmu
Hatimu meronta, memanggil sosokmu senyatanya
Dari sangkar kokoh, berdarah, berkarat
Jemari tinggal belulang, mengais belas kasih dari keyakinanmu
Pada setapak penuh kupu-kupu

Pendar malam kemarin semakin merajut sendu
Padaku, kala tergambar genang di dua sudut yang tak tampak olehmu
Ah, kapan kiranya aku bisa berhenti
Mengulang salah dan mencintamu
Lebih dari yang kau izinkan?

Kapan kiranya aku bisa berpamit
Agar tinta yang kugores ini
Tak mengotori putih takdirmu?

Post a Comment

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search